Senin, 10 Februari 2014
Manfaat Daur Ulang
Banyak manfaat yang diperoleh dari pendaur ulangan bahan bekas yang ada di sekitar kita, seperti plastik bekas, kertas bekas, kayu bekas, dan lain–lain. Daur ulang dapat meningkatkan kreativitas, mengurangi pencemaran dan sebagainya. Berikut akan kami jelaskan beberapa manfaat yang ada dalam usaha pengelolaan sampah daur ulang. Manfaat yang diperoleh antara lain :
1. Membuka lapangan kerja
Manfaat yang paling menonjol adalah masyarakat dapat membuka lapangan kerja. Bekerja di sektor formal saat ini sempit kesempatannya. Melamar pekerjaan membutuhkan syarat tertentu. Lowongan pekerjaan sedikit, sehingga sulit mencari pekerjaan. Usaha daur ulang ini dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat di sektor informal. Dengan bertambahnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, tingkat pengangguran dapat dikurangi.
2. Meningkatkan pendapatan masyarakat
Berkreasi dari bahan bekas menjadi kerajinan-kerajinan tangan lalu didistribusikan kepada masyarakat dapat meningkatkan pendapatan. Apalagi bahan baku daur ulang tidak membutuhkan modal yang besar. Dalam ekonomi, usaha seperti ini dapat menekan biaya operasional dan retribusi. Sehingga pemerintah daerah lebih ringan dalam pengeluaran pengelolaan sampah.
Barang daur ulang mempunyai nilai ekonomi yang menghasilkan pendapatan. Sehingga masyarakat dapat berdaya secara ekonominya. Pemberdayaan ekonomi rakyat yang dimaksud disini adalah adanya pendapatan atau penghasilan yang bisa diperoleh dari hasil penjualan barang olahan dari bahan bekas menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomi. Dengan memperoleh penghasilan tersebut masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Mengurangi pencemaran lingkungan
Sampah yang dibakar dan limbah pabrik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Mendaur ulang sampah-sampah dan memanfaatkan limbah, dengan menjadikannya barang kerajinan dan barang-barang kreasi lainnya, pencemaran lingkungan dapat dikurangi.
4. Menghemat sumber daya alam
Berkreasi dari bahan bekas dapat menghemat sumber daya alam sebagai bahan baku kebutuhan hidup manusia.Contohnya, dengan mendaur ulang kertas kita dapat mengurangi laju pengurangan jumlah pohon.
5. Mencegah penyakit
Sampah yang menumpuk dapat menyebabkan penyakit. Dengan mendaur ulang sampah-sampah, tumpukan sampah akan berkurang. Tingkat kebersihan pun akan meningkat jika pengelolaan sampah berjalan dengan baik.
6. Menambah kreativitas dan keterampilan
Dengan berkreasi dari bahan bekas, kita akan lebih kreatif dan terampil. Kita dapat menemukan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif dalam berkreasi.
readmore »»
1. Membuka lapangan kerja
Manfaat yang paling menonjol adalah masyarakat dapat membuka lapangan kerja. Bekerja di sektor formal saat ini sempit kesempatannya. Melamar pekerjaan membutuhkan syarat tertentu. Lowongan pekerjaan sedikit, sehingga sulit mencari pekerjaan. Usaha daur ulang ini dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat di sektor informal. Dengan bertambahnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, tingkat pengangguran dapat dikurangi.
2. Meningkatkan pendapatan masyarakat
Berkreasi dari bahan bekas menjadi kerajinan-kerajinan tangan lalu didistribusikan kepada masyarakat dapat meningkatkan pendapatan. Apalagi bahan baku daur ulang tidak membutuhkan modal yang besar. Dalam ekonomi, usaha seperti ini dapat menekan biaya operasional dan retribusi. Sehingga pemerintah daerah lebih ringan dalam pengeluaran pengelolaan sampah.
Barang daur ulang mempunyai nilai ekonomi yang menghasilkan pendapatan. Sehingga masyarakat dapat berdaya secara ekonominya. Pemberdayaan ekonomi rakyat yang dimaksud disini adalah adanya pendapatan atau penghasilan yang bisa diperoleh dari hasil penjualan barang olahan dari bahan bekas menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomi. Dengan memperoleh penghasilan tersebut masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Mengurangi pencemaran lingkungan
Sampah yang dibakar dan limbah pabrik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Mendaur ulang sampah-sampah dan memanfaatkan limbah, dengan menjadikannya barang kerajinan dan barang-barang kreasi lainnya, pencemaran lingkungan dapat dikurangi.
4. Menghemat sumber daya alam
Berkreasi dari bahan bekas dapat menghemat sumber daya alam sebagai bahan baku kebutuhan hidup manusia.Contohnya, dengan mendaur ulang kertas kita dapat mengurangi laju pengurangan jumlah pohon.
5. Mencegah penyakit
Sampah yang menumpuk dapat menyebabkan penyakit. Dengan mendaur ulang sampah-sampah, tumpukan sampah akan berkurang. Tingkat kebersihan pun akan meningkat jika pengelolaan sampah berjalan dengan baik.
6. Menambah kreativitas dan keterampilan
Dengan berkreasi dari bahan bekas, kita akan lebih kreatif dan terampil. Kita dapat menemukan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif dalam berkreasi.
Minggu, 09 Februari 2014
Gadis Pemimpi
Cinta…
Cinta…
Kata itu terucap di bibir ku setiap detik, menit, jam,
bahkan berhari-hari.
Iya, itulah yang hanya ada dalam fikiranku. Aku tak tahu bagaimana menjalani cinta yang sesungguhnya
“tik, tok, tik, tok” begitulah suara jam dinding di kelas ku
Bosan ku menunggu jam pulang.. aku adalah anak yang malas sekolah, nilai ku jarang bagus, karena kerjaku
di rumah hanyalah berkhayal tentang apa itu cinta. Betapa bodohnya diriku atas pemikiran ku ini. Sampai
suatu hari ku bertemu seorang manusia tampan bak pangeran berkuda putih, dengan ketampanan dan tinggi
semampai mendekatiku dengan penuh mata berbinar.
“maaf, boleh bertanya?” ku terdiam memandanginya dengan penuh penasaran “siapa pangeran ini?’’
“hello?” katanya sambil melambai-lambaikan tangannya di depan mataku.
Inilah kebiasaan burukku, secepat itukah aku berkhayal? Dengan cepat aku terbuyar dari lamunan. “maaf,
iya ada apa?”
“hm.. kamu tau rumah pak Indra?” terkejut hatiku, ternyata itu ayahku sendiri. “dari sini belok kanan, belok
kiri, lurus, rumahnya paling pojok dekat taman bunga” jawabku. “terima kasih” jawabnya sambil tersenyum.
Hah!! Senyuman itu untukku? Mimpi apa aku semalam? Tersenyum ku meninggalkan pria itu tanpa
membalas ucapan terima kasihnya. Huh, sungguh menyebalkan sekali diriku ini. Dunia khayalan ku sudah
meracuni pikiranku ini dengan sejuta keluguan.
Berjalan ku menelusuri pepohonan yang berdiri kokoh di sepanjang jalan. Tak henti-hentinya aku memikirkan
pangeran itu. Terlihat satu pohon yang sangat rindang berdiri kokoh. lalu berlari aku menuju pohon tersebut.
Kupejamkan mataku untuk beberapa waktu. Dengan sigap ku ambil buku tulis dan sebuah pulpen yang ada
di tas kesayanganku.
“senyuman itu..
Senyuman yang paling indah..
Tak pernah ku merasakan hal seperti ini..
Engkau laksana pangeran berkuda putih,
Yang menjemput seorang putri raja dengan sejuta cinta di hatimu.”
“suara hati ini.. dag, dig, dug,
Tak karuan.
Aku tak mengerti akan semua ini.
Akankah ini yang namanya CINTA?”
“ingin ku bertanya pada sang mentari..
Ingin ku bercerita pada burung-burung yang berkicau.
Dan ingin ku bernyanyi dengan bunga-bunga yang bermekaran di taman ini.
Entah aku tak tahu dan tak mengerti akan hatiku ini”
Kututup buku dan kembali merenung. “aku tak pernah merasakan hal sedemikian kuat seperti ini” kataku.
Burung-burung datang menghampiri ku dengan kicauan mereka yang begitu merdu.
“hai, burung-burung sahabatku, saat ini aku ingin sekali bertemu dengannya lagi”
Aku mulai berlari mengejar burung-burung yang berterbangan. Sungguh aku tak mengerti akan hatiku ini,
andaikan aku punya sayap aku akan bisa terbang bermain bersama mereka.
“aku pulang!” kataku sampai di rumah.
“Pangeran!” celetuk ku pada seorang laki-laki yang sedari tadi memandangi foto kecilku.
“apa?” jawabnya. “eh maksudku, kamu kan yang nanya alamat ayahku tadi?” “oh jadi pak Indra ayahmu?”
“hahaha.. (ayah tertawa keluar dari dapur sambil membawa secangkir teh dan kue coklat kesukaanku)”
Apa? Kue coklat kesukaankku? Aku langsung berlari menuju dapur dan ternyata benar, mamaku tersayang
sedang membuat kue coklat kesukaankku. “mama, I love you… thanks ya udah buatin kesukaan Dede”
kataku memelas. “ah kamu de, kalo ada maunya aja meluk mama segini eratnya.. payah” jawab mama
sedikit ngambek.
“ih, mama udah tua juga masih aja suka ngambek” candaku sambil mencuri 3 potong kue coklat. “eh, itu kue
mama, malah dicuri” kata mama sambil mengejarku.
“hahaha” ejek ku pada mama. Beginilah suasana rumah tercintaku, selalu ceria dan bergembira.
“kalian ini, kayak anak kecil aja, ma.. Dede, sini dulu ayah punya seseorang nih, kenalan dulu” aku
menghampiri ayahku.
“waduh, malu dikit lah. kamu anak gadis De, liat itu belepotan coklat. Usap-usap dulu bibirmu..” kata ayah.
Aku berbalik dan membersihkan coklat di bibirku. “tadaa… udah cantik kan yah?” “haduhh, anak ayah ini”
laki-laki itu hanya tertawa melihat tingkah ku.
“hai, kenalin aku Dede” aku mengulurkan tanganku kepadanya.
“oh hai, kenalin namaku Doni” jawabnya dengan senyum itu.
“oke” jawabku singkat dan langsung berjalan menuju kamarku.
“Dede, kamu gak sopan banget sih, Doni kan masih di depan masa udah masuk ke kamar?” kata ayah.
“aduh, ayah bawel, Dede mau bobo dulu ngantuk tadi abis main sama burung-burung” kataku.
“dasar tukang khayal. Doni mulai sekarang tinggal di rumah kita juga, dan dia juga akan sekolah di sekolah
yang sama dengan kamu. Kamu harus baik sama dia”
“oce deh yah” jawabku.
Seperti biasa, aku duduk di jendela kamarku. Kembali menulis sesuatu yang sudah terfikirkan olehku.
“nan jauh di lubuk hatiku.
Betapa bahagianya hatiku ini.
Telah berjabat tangan dengan seorang laki-laki tampan impianku.
Oh ayah, terima kasih atas bantuannya”
Apa yang aku tulis ya? Fikirku. lalu tertawa terbahak-bahak.
Malam harinya, disaat rembulan kembali menyinari malamku, duduk lah di sebuah taman dekat rumahku.
Kupandangi bintang-bintang yang begitu gemerlapnya menghiasi indahnya angkasa.
Tiba-tiba, “sedang berkhayal lagi ya?” suara yang membuyarkan lamunan ku ini.
Tiba-tiba sesosok laki-laki duduk di sampingku. “eh, ngapain kamu kesini?” “aku lagi cari angin nih. Terus
kamu sendiri?” tanyanya balik.
“aku kan memang sering kesini.” “oh iya lupa.”
“eh de, liat deh bintang yang ada di sebelah sana” tunjuknya padaku.
“kenapa?” jawabku. “itu kayak kamu, suatu saat kamu akan bisa bersinar seperti bintang itu saat kamu
percaya akan semua khayalan dan impian kamu” aku terpaku mendengar pernyataan itu. “aku kira gak akan
ada yang mendukung dunia khayal ku, gaada yang percaya dengan kata-kata ku yang penuh khayal”
“kenapa gak? Aku suka dunia khayal” senyumnya.
“dunia itu bagaikan sebuah bola, dimana kita akan berputar di dalam bola tersebut, sama halnya ketika
sebuah impian dianggap sebagai bola. Terkadang impian itu akan membawa kita berputar keatas, namun
ada kalanya impian itu malah membawa kita terperosok ke dalam jurang yang curam. Jadi setiap impian
yang kamu punya harus kamu perjuangkan.”
Begitu indah ku dengar kata-kata yang terlontar dalam bibirnya. Begitu dewasa, menyejukkan hati ini,
mendamaikan jiwa ini. Saat itu aku memulai perjalanan cintaku ini.
“aku mencintainya” begitulah hatiku berbicara. Aku tak tahu darimana awal aku mempunyai perasaan seperti
itu. Setiap hari kulalui bersamanya. Tertawa bersama, bahagia bersama. Sampai akhirnya dia menyatakan
perasaannya padaku.
“aku tak tahu bagaimana caramu memikat hatiku ini, membuatnya semakin kuat semakin kuat dan membuat
ku tak berdaya sehingga aku harus mengatakan ini semua kepadamu. Aku tau aku hanyalah seorang pria
yang menumpang hidup di keluargamu, aku hanya lah anak laki-laki yang tak bisa membahagiakan mu
dengan materi apapun, tapi aku ingin membahagiakanmu dengan cara ku sendiri yaitu dengan rasa cinta ku
padamu” katanya lega.
Aku terdiam tak menjawab satu kata pun untuknya. Aku bingung untuk menjalani cinta ini seperti apa, harus
bagaimana aku tak mengerti.
Dia menggenggam tanganku, dan berkata “aku tau ini sulit bagimu. Dan aku janji gak akan mengganggu
kamu jika kamu menolakku” dia terlihat putus asa dengan ketidakpastian diriku.
Dia melepas genggamannya dan meninggalkan ku. Aku memejamkan mata. Aku bertanya pada hati, apa
yang harus aku perbuat? Untuk apa aku seperti ini? Cinta? Dia telah datang kepadaku, telah menghampiriku
tapi kenapa aku menyia-nyiakan begitu saja?
Dengan cepat aku berlari mengejarnya sebisaku, kucari-cari dia namun, tidak kutemukan. Terjatuh aku di
antara bunga-bunga ditaman. Aku menangis, menangisi kebodohanku, menangisi betapa jahatnya diriku ini.
Namun, sesuatu telah terjadi. Kulihat sepasang sepatu di hadapanku, kupandangi dari ujung sepatu hingga
ujung rambut.
“Doni…” Teriakku. “iya ini aku” jawabnya bingung.
“kamu kenapa?” tanyanya sambil mengusap air mataku.
Kupeluk ia dengan erat.
“aku tau Don, aku minta maaf. andaikan aku bisa berfikir, andaikan aku bisa mengatakan perasaan ini
kepadamu, aku pasti akan langsung membalas apa yang kamu katakan. Betapa bodohnya diriku, aku biarkan
kamu menungguku dan akhirnya meninggalkanku disana sendiri, aku mencintaimu. Aku tau aku hanya
seorang gadis pemimpi yang mungkin tidak akan bisa membahagiakanmu dengan segala impian dan
khayalanku ini, tapi aku yakin, kamu yang akan membuatku bahagia dengan segala semangatmu.”
“Udah de, kamu gak usah seperti ini. aku menyayangimu apa adanya kamu. Aku akan selalu ada di
sampingmu disaat kamu senang ataupun sedih” jawabnya.
Betapa bahagianya diriku, betapa nyamannya hatiku berada di pelukannya, melihat senyumnya, mengusap
air mata ini. Beginikah manisnya cinta? Beginikah bahagia karena cinta? Iya, aku baru saja menemukan
jawaban dari segala khayalanku selama ini.
Setelah itu aku berusaha keras untuk mewujudkan mimpi-mimpiku.
Aku ingat-ingat segala kenangan-kenangan yang telah kita lalui bersama. saat itu aku ingin berada di
samping Doni. Doni yang selalu bisa membuatku bahagia. Sampai suatu hari, Doni meninggalkan ku entah
apa alasannya, aku tak mengerti. Kenapa dia bisa bisa meninggalkan ku seperti ini. Bukankah ia dulu
berjanji untuk selalu menyayangiku? Bukankah dia dulu selalu menyemangati ku?
Aku merenung mengingat kepergian orang yang aku cintai. Betapa pahitnya cinta yang aku rasakan. Kemana
hilangnya manis cintaku? Kemana hilangnya saat-saat bahagia bersamanya?. Dari sini aku bisa menilai,
berbagai macam rasa cinta. Terkadang cinta itu rasanya manis dan sangat manis, tapi terkadang cinta itu
bisa sangat menyakitkan dan rasa manis itu pun berubah menjadi pahit.
Semenjak kejadian itu, aku tak pernah bisa melupakan sesosok Doni. Tak pernah bisa menghilangkan rasa
cintaku ini kepadanya. Aku selalu menulis tentang curahan hatiku ini pada sebuah buku. Aku selalu bercerita
kepada burung-burung, bunga-bunga, dan pepohonan yang ada disekitarku. Aku kembali menjadi seorang
gadis pemimpi dan berkhayal.
Saat itu juga aku terbangun dari tidur panjangku. Kubuka mataku dengan cepat, kepala ku pusing mencoba
untuk mengingat mimpiku semalam. Aku ingat, menjalin cinta dengan seorang pangeran berkuda putih. aku
bernafas lega, ternyata itu hanya mimpi, kisah cinta yang berakhir tragis.
Kubuka jendela kamarku dan kupandangi sang mentari yang sudah mulai melaksanakan tugasnya yaitu
menerangi duniaku. Duniaku yang penuh khayal.
“THE END”
readmore »»
Cinta…
Kata itu terucap di bibir ku setiap detik, menit, jam,
bahkan berhari-hari.
Iya, itulah yang hanya ada dalam fikiranku. Aku tak tahu bagaimana menjalani cinta yang sesungguhnya
“tik, tok, tik, tok” begitulah suara jam dinding di kelas ku
Bosan ku menunggu jam pulang.. aku adalah anak yang malas sekolah, nilai ku jarang bagus, karena kerjaku
di rumah hanyalah berkhayal tentang apa itu cinta. Betapa bodohnya diriku atas pemikiran ku ini. Sampai
suatu hari ku bertemu seorang manusia tampan bak pangeran berkuda putih, dengan ketampanan dan tinggi
semampai mendekatiku dengan penuh mata berbinar.
“maaf, boleh bertanya?” ku terdiam memandanginya dengan penuh penasaran “siapa pangeran ini?’’
“hello?” katanya sambil melambai-lambaikan tangannya di depan mataku.
Inilah kebiasaan burukku, secepat itukah aku berkhayal? Dengan cepat aku terbuyar dari lamunan. “maaf,
iya ada apa?”
“hm.. kamu tau rumah pak Indra?” terkejut hatiku, ternyata itu ayahku sendiri. “dari sini belok kanan, belok
kiri, lurus, rumahnya paling pojok dekat taman bunga” jawabku. “terima kasih” jawabnya sambil tersenyum.
Hah!! Senyuman itu untukku? Mimpi apa aku semalam? Tersenyum ku meninggalkan pria itu tanpa
membalas ucapan terima kasihnya. Huh, sungguh menyebalkan sekali diriku ini. Dunia khayalan ku sudah
meracuni pikiranku ini dengan sejuta keluguan.
Berjalan ku menelusuri pepohonan yang berdiri kokoh di sepanjang jalan. Tak henti-hentinya aku memikirkan
pangeran itu. Terlihat satu pohon yang sangat rindang berdiri kokoh. lalu berlari aku menuju pohon tersebut.
Kupejamkan mataku untuk beberapa waktu. Dengan sigap ku ambil buku tulis dan sebuah pulpen yang ada
di tas kesayanganku.
“senyuman itu..
Senyuman yang paling indah..
Tak pernah ku merasakan hal seperti ini..
Engkau laksana pangeran berkuda putih,
Yang menjemput seorang putri raja dengan sejuta cinta di hatimu.”
“suara hati ini.. dag, dig, dug,
Tak karuan.
Aku tak mengerti akan semua ini.
Akankah ini yang namanya CINTA?”
“ingin ku bertanya pada sang mentari..
Ingin ku bercerita pada burung-burung yang berkicau.
Dan ingin ku bernyanyi dengan bunga-bunga yang bermekaran di taman ini.
Entah aku tak tahu dan tak mengerti akan hatiku ini”
Kututup buku dan kembali merenung. “aku tak pernah merasakan hal sedemikian kuat seperti ini” kataku.
Burung-burung datang menghampiri ku dengan kicauan mereka yang begitu merdu.
“hai, burung-burung sahabatku, saat ini aku ingin sekali bertemu dengannya lagi”
Aku mulai berlari mengejar burung-burung yang berterbangan. Sungguh aku tak mengerti akan hatiku ini,
andaikan aku punya sayap aku akan bisa terbang bermain bersama mereka.
“aku pulang!” kataku sampai di rumah.
“Pangeran!” celetuk ku pada seorang laki-laki yang sedari tadi memandangi foto kecilku.
“apa?” jawabnya. “eh maksudku, kamu kan yang nanya alamat ayahku tadi?” “oh jadi pak Indra ayahmu?”
“hahaha.. (ayah tertawa keluar dari dapur sambil membawa secangkir teh dan kue coklat kesukaanku)”
Apa? Kue coklat kesukaankku? Aku langsung berlari menuju dapur dan ternyata benar, mamaku tersayang
sedang membuat kue coklat kesukaankku. “mama, I love you… thanks ya udah buatin kesukaan Dede”
kataku memelas. “ah kamu de, kalo ada maunya aja meluk mama segini eratnya.. payah” jawab mama
sedikit ngambek.
“ih, mama udah tua juga masih aja suka ngambek” candaku sambil mencuri 3 potong kue coklat. “eh, itu kue
mama, malah dicuri” kata mama sambil mengejarku.
“hahaha” ejek ku pada mama. Beginilah suasana rumah tercintaku, selalu ceria dan bergembira.
“kalian ini, kayak anak kecil aja, ma.. Dede, sini dulu ayah punya seseorang nih, kenalan dulu” aku
menghampiri ayahku.
“waduh, malu dikit lah. kamu anak gadis De, liat itu belepotan coklat. Usap-usap dulu bibirmu..” kata ayah.
Aku berbalik dan membersihkan coklat di bibirku. “tadaa… udah cantik kan yah?” “haduhh, anak ayah ini”
laki-laki itu hanya tertawa melihat tingkah ku.
“hai, kenalin aku Dede” aku mengulurkan tanganku kepadanya.
“oh hai, kenalin namaku Doni” jawabnya dengan senyum itu.
“oke” jawabku singkat dan langsung berjalan menuju kamarku.
“Dede, kamu gak sopan banget sih, Doni kan masih di depan masa udah masuk ke kamar?” kata ayah.
“aduh, ayah bawel, Dede mau bobo dulu ngantuk tadi abis main sama burung-burung” kataku.
“dasar tukang khayal. Doni mulai sekarang tinggal di rumah kita juga, dan dia juga akan sekolah di sekolah
yang sama dengan kamu. Kamu harus baik sama dia”
“oce deh yah” jawabku.
Seperti biasa, aku duduk di jendela kamarku. Kembali menulis sesuatu yang sudah terfikirkan olehku.
“nan jauh di lubuk hatiku.
Betapa bahagianya hatiku ini.
Telah berjabat tangan dengan seorang laki-laki tampan impianku.
Oh ayah, terima kasih atas bantuannya”
Apa yang aku tulis ya? Fikirku. lalu tertawa terbahak-bahak.
Malam harinya, disaat rembulan kembali menyinari malamku, duduk lah di sebuah taman dekat rumahku.
Kupandangi bintang-bintang yang begitu gemerlapnya menghiasi indahnya angkasa.
Tiba-tiba, “sedang berkhayal lagi ya?” suara yang membuyarkan lamunan ku ini.
Tiba-tiba sesosok laki-laki duduk di sampingku. “eh, ngapain kamu kesini?” “aku lagi cari angin nih. Terus
kamu sendiri?” tanyanya balik.
“aku kan memang sering kesini.” “oh iya lupa.”
“eh de, liat deh bintang yang ada di sebelah sana” tunjuknya padaku.
“kenapa?” jawabku. “itu kayak kamu, suatu saat kamu akan bisa bersinar seperti bintang itu saat kamu
percaya akan semua khayalan dan impian kamu” aku terpaku mendengar pernyataan itu. “aku kira gak akan
ada yang mendukung dunia khayal ku, gaada yang percaya dengan kata-kata ku yang penuh khayal”
“kenapa gak? Aku suka dunia khayal” senyumnya.
“dunia itu bagaikan sebuah bola, dimana kita akan berputar di dalam bola tersebut, sama halnya ketika
sebuah impian dianggap sebagai bola. Terkadang impian itu akan membawa kita berputar keatas, namun
ada kalanya impian itu malah membawa kita terperosok ke dalam jurang yang curam. Jadi setiap impian
yang kamu punya harus kamu perjuangkan.”
Begitu indah ku dengar kata-kata yang terlontar dalam bibirnya. Begitu dewasa, menyejukkan hati ini,
mendamaikan jiwa ini. Saat itu aku memulai perjalanan cintaku ini.
“aku mencintainya” begitulah hatiku berbicara. Aku tak tahu darimana awal aku mempunyai perasaan seperti
itu. Setiap hari kulalui bersamanya. Tertawa bersama, bahagia bersama. Sampai akhirnya dia menyatakan
perasaannya padaku.
“aku tak tahu bagaimana caramu memikat hatiku ini, membuatnya semakin kuat semakin kuat dan membuat
ku tak berdaya sehingga aku harus mengatakan ini semua kepadamu. Aku tau aku hanyalah seorang pria
yang menumpang hidup di keluargamu, aku hanya lah anak laki-laki yang tak bisa membahagiakan mu
dengan materi apapun, tapi aku ingin membahagiakanmu dengan cara ku sendiri yaitu dengan rasa cinta ku
padamu” katanya lega.
Aku terdiam tak menjawab satu kata pun untuknya. Aku bingung untuk menjalani cinta ini seperti apa, harus
bagaimana aku tak mengerti.
Dia menggenggam tanganku, dan berkata “aku tau ini sulit bagimu. Dan aku janji gak akan mengganggu
kamu jika kamu menolakku” dia terlihat putus asa dengan ketidakpastian diriku.
Dia melepas genggamannya dan meninggalkan ku. Aku memejamkan mata. Aku bertanya pada hati, apa
yang harus aku perbuat? Untuk apa aku seperti ini? Cinta? Dia telah datang kepadaku, telah menghampiriku
tapi kenapa aku menyia-nyiakan begitu saja?
Dengan cepat aku berlari mengejarnya sebisaku, kucari-cari dia namun, tidak kutemukan. Terjatuh aku di
antara bunga-bunga ditaman. Aku menangis, menangisi kebodohanku, menangisi betapa jahatnya diriku ini.
Namun, sesuatu telah terjadi. Kulihat sepasang sepatu di hadapanku, kupandangi dari ujung sepatu hingga
ujung rambut.
“Doni…” Teriakku. “iya ini aku” jawabnya bingung.
“kamu kenapa?” tanyanya sambil mengusap air mataku.
Kupeluk ia dengan erat.
“aku tau Don, aku minta maaf. andaikan aku bisa berfikir, andaikan aku bisa mengatakan perasaan ini
kepadamu, aku pasti akan langsung membalas apa yang kamu katakan. Betapa bodohnya diriku, aku biarkan
kamu menungguku dan akhirnya meninggalkanku disana sendiri, aku mencintaimu. Aku tau aku hanya
seorang gadis pemimpi yang mungkin tidak akan bisa membahagiakanmu dengan segala impian dan
khayalanku ini, tapi aku yakin, kamu yang akan membuatku bahagia dengan segala semangatmu.”
“Udah de, kamu gak usah seperti ini. aku menyayangimu apa adanya kamu. Aku akan selalu ada di
sampingmu disaat kamu senang ataupun sedih” jawabnya.
Betapa bahagianya diriku, betapa nyamannya hatiku berada di pelukannya, melihat senyumnya, mengusap
air mata ini. Beginikah manisnya cinta? Beginikah bahagia karena cinta? Iya, aku baru saja menemukan
jawaban dari segala khayalanku selama ini.
Setelah itu aku berusaha keras untuk mewujudkan mimpi-mimpiku.
Aku ingat-ingat segala kenangan-kenangan yang telah kita lalui bersama. saat itu aku ingin berada di
samping Doni. Doni yang selalu bisa membuatku bahagia. Sampai suatu hari, Doni meninggalkan ku entah
apa alasannya, aku tak mengerti. Kenapa dia bisa bisa meninggalkan ku seperti ini. Bukankah ia dulu
berjanji untuk selalu menyayangiku? Bukankah dia dulu selalu menyemangati ku?
Aku merenung mengingat kepergian orang yang aku cintai. Betapa pahitnya cinta yang aku rasakan. Kemana
hilangnya manis cintaku? Kemana hilangnya saat-saat bahagia bersamanya?. Dari sini aku bisa menilai,
berbagai macam rasa cinta. Terkadang cinta itu rasanya manis dan sangat manis, tapi terkadang cinta itu
bisa sangat menyakitkan dan rasa manis itu pun berubah menjadi pahit.
Semenjak kejadian itu, aku tak pernah bisa melupakan sesosok Doni. Tak pernah bisa menghilangkan rasa
cintaku ini kepadanya. Aku selalu menulis tentang curahan hatiku ini pada sebuah buku. Aku selalu bercerita
kepada burung-burung, bunga-bunga, dan pepohonan yang ada disekitarku. Aku kembali menjadi seorang
gadis pemimpi dan berkhayal.
Saat itu juga aku terbangun dari tidur panjangku. Kubuka mataku dengan cepat, kepala ku pusing mencoba
untuk mengingat mimpiku semalam. Aku ingat, menjalin cinta dengan seorang pangeran berkuda putih. aku
bernafas lega, ternyata itu hanya mimpi, kisah cinta yang berakhir tragis.
Kubuka jendela kamarku dan kupandangi sang mentari yang sudah mulai melaksanakan tugasnya yaitu
menerangi duniaku. Duniaku yang penuh khayal.
“THE END”